Membuat Gambar / Boneka: Animasi Untuk Pembelajaran Agama / Katekese

Peluang Wirausaha Bagi Katekis Di Era Revolusi Industri 4.0 Membuat Gambar / Boneka: Animasi Untuk Pembelajaran Agama / Katekese Oleh: St. Rudi Muryanta, S.Ag.
Developer Website dan Aplikasi Android, Kreator Video Animasi Anak
  1. Menjadi Pelayan dari Semuanya.

Semangat melayani merupakan prinsip dasar utama dalam segala kegiatan bagi para murid-murid Kristus. Profesi, jabatan, usaha profit maupun nonprofit pertama-tama hendaknya ditujukan untuk melayani orang lain dengan sebaik-baiknya. Berbagai kegiatan ekonomi dan sosial secara esensi merupakan bentuk pelayanan kepada subjek lain. Oleh sebab itu tanpa berorientasi pada hal yang menjadi kebutuhan orang lain, semua kegiatan itu akan menjadi sia-sia atau tidak efektif. Semakin memahami kebutuhan orang lain, seseorang akan semakin mendekati kepada keberhasilan dalam pelayanan.

Semakin banyak subjek yang bisa dijangkau untuk dilayani dengan baik, maka seorang wirausahawan akan semakin menjadi sukses. Dalam Markus 9:35 ditulis: Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.(lih. Mrk.10:43-44; Mat.20:26-27). Ayat tersebut sepertinya tidak ditujukan untuk hal-hal ekonomis, akan tetapi prinsip itu sangatlah sesuai jika diterapkan dalam hal berwirausaha, dan dapat menjadi salah satu prinsip etika bisnis Kristiani yang akan berdampak besar bagi yang mau menerapkannya, dengan kata kunci ‘pelayan’ dan ‘semuanya’. Contoh kecil, seorang penjahit pakaian yang dapat melayani dengan memuaskan untuk 1.000 orang pelanggan di suatu kota maka akan berbeda dengan orang yang hanya memiliki 100 pelanggan.

Perkembangan ekonomi/produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, melayani keseluruhan manusia dan persekutuan manusia. Dalam KGK 2426 telah ditulis: “Pengembangan kehidupan ekonomi dan peningkatan produksi harus melayani kebutuhan manusia. Kehidupan ekonomi bukan hanya ada untuk melipatgandakan barang-barang produksi dan meningkatkan keuntungan atau kekuasaan; pada tempat pertama sekali ia harus melayani manusia: manusia seutuhnya dan seluruh persekutuan manusia. Kegiatan ekonomi harus – menurut metodenya sendiri – dilaksanakan dalam kerangka tata moral dan keadilan sosial sedemikian, sehingga ia sesuai dengan apa yang Allah maksudkan untuk manusia.” (Bdk. GS 64).

Menelusuri, meneliti, dan memahami apa yang menjadi kebutuhan sesama terutama yang belum terlayani dengan baik menjadi tahap awal bagi calon wirausahawan yang ingin sukses. Melihat dan menangkap suatu peluang, tidak dapat dilepaskan dari campur tangan Roh Kudus yang membuka mata kita sehingga kita bisa berseru “Ahaaa… ini dia!”

  • Euforia Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0

Bisnis digital beberapa tahun belakangan ini telah menjadi sebuah tren usaha yang cukup menggiurkan. Bukan hanya itu, bisnis digital juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas sekaligus menjadi sebuah peluang usaha. Banyak juga wirausahawan muda inovatif yang ikut berkontribusi dalam memberikan solusi untuk masalah sosial yang ada melalui bisnis digital.

Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan dengan perubahan-perubahan bisnis yang sangat luar biasa. Masyarakat yang semakin sering mengonsumsi konten-konten berbentuk digital setiap harinya, mulai dari akses melalui telepon genggam, laptop, pc kantor, dan lainnya. Semua aktivitas dalam hidup kita sangat bergantung dengan internet. Mulai dari bangun tidur, berolahraga, berangkat sekolah, berangkat kerja, makan siang, janji bertemu dengan teman atau klien, menonton hiburan, melakukan pembayaran, hingga membeli barang, semuanya menggunakan internet.

Kecanggihan dalam mensinergikan internet, data dan mesin di era revolusi industri 4.0 telah melahirkan berbagai terobosan brilian yang melahirkan efisiensi, memudahkan masyarakat dalam mengakses harga yang lebih terjangkau. Sebut saja transportasi online yang bisa meluluhlantahkan transportasi dengan metode manual konvensional. Demikian hal nya dengan gerai-gerai supermarket yang eksistensinya terancam dan bahkan banyak yang sudah gulung tikar oleh karena dahsyatnya online marketing. Usaha secara online dapat memberi kesempatan luas bagi semua orang untuk berposisi sebagai penjual, dan membawa konsumen dalam pengalaman belanja yang menyenangkan, murah, dan efisien.

Di era revolusi industri 4.0, sangat penting membangun karakter bisnis atau entrepreneurship generasi muda. Agar mereka memiliki kesadaran mengubah budaya kerja ‘mencari kerja’ menjadi budaya ‘menciptakan kerja dan lapangan kerja’. Spirit enterpreneur harus ada di dalam diri kaum muda sekarang ini. Maka penting, generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa harus tampil sebagai sumber daya berkualitas, di samping memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Salah satunya, tentu dibangun melalui karkater entreprenership dengan cara:

1. menumbuhkan karakter wirausaha,

2. menumbuhkembangkan wirausaha baru kreatif yang inovatif berbasis teknologi, dan

3. membantu mahasiswa dalam menentukan keunikan bisnis berbasis teknologi dengan menemukan celah pasar yang tepat untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisnis.

Mahasiswa di era revolusi industri 4.0 adalah kaum muda yang mempunyai kompetensi akademik yang baik, berjiwa entrepreneur, menguasai future skills (soft & hard skills) sebagai modal kompetensi diri. Dimana dalam perkembangannya revolusi industri 4.0 adalah Internet of Things (IoT) konsep dimana suatu alat fisik atau mesin yang terkoneksi dengan jaringan internet, Big Data, dan Argumented Reality. Kemudian Cyber Security, Artifical Intelegence, Addictive Manufacturing, Integrated System, dan Cloud Computing.

  • Katekis Yang Melayani Sekaligus Mengantongi

Menjadi salah satu cita-cita pendiri STP-IPI Malang, Rm. Paul Janssen, CM., bahwa para lulusan hendaknya menjadi Katekis yang mampu melayani dan bekerja untuk Gereja, tetapi mampu menghidupi ekonomi dirinya dan keluarganya bukan bergantung pada upah kerja dari Gereja. Di era Revolusi Industri 4.0 ini, cita-cita mulia tersebut semakin mendapat peluang besar untuk diwujudnyatakan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, kita dapat bekerja satu jam dan menghasilkan nilai yang sama dengan bekerja satu tahun dengan sistem kerja konvensional, bahkan lebih dari itu. Sehingga peluang dalam melayani dan bekerja untuk Gereja akan semakin diberi kesempatan seluas-luasnya.

“Sambil menyelam minum air”, merupakan peribahasa yang tepat untuk menggambarkan visi yang akan kita raih. Seorang katekis atau guru agama di zaman ini, sudah menjadi kewajiban untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan familiar dalam menjalankan tugasnya. Tanpa mengesampingkan media pembelajaran atau media katekese di dunia nyata yang tidak dapat tergantikan, teknologi digital tetap akan menjadi media dan sarana yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan media lainnya untuk saat ini. Terlebih dengan media digital, pewartaan Kabar Gembira akan dapat menembus ruang dan waktu yang sangat luar biasa dampaknya. 

Melalui keterampilan menciptakan media pembelajaran atau media berkatekese dalam bentuk digital yang baik dan menarik, seorang katekis akan dapat memberikan pengalaman yang khusus kepada subjek pewartaannya. Media pembelajaran dan media berkatekese yang telah diciptakannya dapat menjadi sarana dalam mengajar atau bertugas di lingkungan, paroki, atau keuskupan. Akan tetapi sekaligus hasil karya tersebut akan dapat menjadi komoditi yang bernilai jual tinggi bagi masyarakat umum. Melalui pertemuan ini, strategi untuk mewujudkan hal tersebut akan kita bedah bersama, kita gali, dan kita praktikkan.

  • Inovasi Digital Media Pembelajaran dan Media Pewartaan

Belajar dari cara Yesus dalam mewartakan Kabar Gembira, yang selalu memanfaatkan apa yang aktual dan faktual pada saat itu sebagai media pewartaanNya, maka kita bisa memanfaatkan apa yang ada pada dunia peserta didik dan umat pada zaman sekarang untuk dijadikan sebagai media dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai Injil. Salah satu hal yang hampir menguasai segala sendi hidup masyarakat saat ini yang dapat dijadikan sebagai peluang media pewartaan adalah teknologi digital, gadget, dan media sosial. Katekis dan guru agama hendaknya dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komputer untuk menjadi salah satu media dalam menyampaikan materi pembelajaran Agama Katolik atau kegiatan berkatekese di Gereja.

Gereja telah membuka peluang dan memberikan anjuran kepada para pewarta Kabar Gembira agar pengajaran kateketis dapat menggunakan segala sarana, daya upaya didaktik dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang efisien, agar kaum beriman mengingat sifat, kemampuan, umur dan keadaan hidupnya, dapat mempelajari ajaran Katolik dengan lebih lengkap dan dapat mempraktekkannya dengan lebih tepat (Lih. KHK Kan.779).

Inovasi digital media pembelajaran atau media pewartaan dapat diciptakan dengan tujuan disampaikan kepada audience atau subjek pewartaan secara synchronous maupun asynchronous. Selain itu juga perlu memperhatikan desain yang akan digunakan, yakni akan digunakan sebagai media utama dan satu-satunya atau sebagai media yang terpadu di dalam proses suatu kegiatan.

  1. Media digital sebagai satu-satunya media pewartaan.

Media pewartaan digital yang dijadikan sebagai satu-satunya media pewartaan yang berdiri sendiri, harus dapat mengakomodasi tujuan, isi, pesan, dan daya pengubah yang ingin dicapai. Baik hal-hal tersebut disampaikan secara eksplisit maupun implisit.

  • Media digital sebagai media yang terpadu dalam proses suatu kegiatan pewartaan.

Media ini dirancang untuk menjadi salah satu pendukung dalam kegiatan pembelajaran atau berkatekese. Media dapat dibuat untuk menjadi introduksi dan motivasi, bahan pengamatan dan bahan kajian, atau sebagai media closing dan peneguhan.

  • Media digital pembelajaran atau berkatekese yang menarik dan efektif.

Media digital sangat beraneka ragam sesuai dengan variasi, klasifikasi, jenis, dan bentuknya. Contohnya media: e-book, flipbook, e-learning, presenter, audio, video, aplikasi Android, dan sebagainya. Dalam kegiatan ini kita akan memilih salah satu saja yaitu media dalam bentuk video, atau lebih tepatnya multimedia yang dikemas dalam bentuk video. Sejauh ini video memiliki dampak paling efektif dibanding dengan media lainnya. Menurut proses pembuatannya, video kita klasifikasikan sebagai video nyata dan video animasi.

  • Video animasi menjadi peluang untuk diproduksi secara efektif dan efisien.

Video animasi menjadi peluang yang sangat menarik untuk digeluti karena jauh lebih efektif, menarik, dan efisien. Dalam pembuatan video nyata dengan karakter pemeran manusia dibutuhkan proses latihan dan shooting yang panjang dan melelahkan, jika menggunakan beaya maka bisa dihitung berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk membayar tiap pemeran. Sedangkan video animasi bahkan hanya bisa diproduksi oleh seorang tunggal dalam sebuah kamar, dengan waktu yang lebih cepat dan beaya produksi yang sangat murah.

  • Praktik Pembuatan Video Animasi Media Pembelajaran atau Media Katekese
  • Menentukan konsep.

Menentukan konsep sebagai gambaran global dan lengkap terhadap hasil produksi yang akan dicapai, meliputi: siapa audience yang akan disasar, bagaimana alur ceritanya, siapa tokoh/karakter yang akan ditampilkan, dimana saja background scene yang akan diambil, dan platform apa yang akan digunakan untuk publikasi.

  • Membuat skenario video animasi.

Skenario dibuat selengkap dan sedetail mungkin, dibagi ke dalam setiap adegan atau frame, lengkap dengan deskripsi: adegan, dialog, background, dan audio efek.

Contoh skenario sederhana:

  1. Judul      : Orang Samaria yang murah hati.
  2. Tujuan    : Membangkitkan kesadaran penonton untuk berbuat baik kepada setiap orang.
  3. Sinopsis  : Kisah ditampilkan dalam cerita berbingkai. Saat berada di ruang tengah di rumahnya, Markus bercerita kepada ibunya kalau Filipus adiknya, tadi pagi di sekolah tidak mau menolong seorang anak yang jatuh ketika naik sepeda. Filipus membenarkan dirinya dengan mengatakan bahwa ia tidak mengenal anak itu, maka tidak perlu menolongnya. Ibunya mendengarkan dengan baik perdebatan mereka. Kemudian ibunya menasihati Filipus dengan memberikan sebuah cerita. Pada zaman dulu ada dua orang yang tidak saling mengenal, bahkan orang-orang sekampungnya bermusuhan dengan masyarakat kampung orang tersebut. Ketika salah satu orang tersebut mendapat celaka karena dirampok, orang lain yang sekampungnya tidak mau menolong, tetapi ada orang yang tidak mengenal dan bahkan masyarakatnya bermusuhan tersebut yang menolongnya. Ceritanya demikian …. (bingkai kisah Orang Samaria yang murah hati) …

Setelah mendengarkan kisah tersebut, Filipus kemudian mengatakan, “Aku mau menjadi seperti orang Samaria itu. Aku mau menolong siapapun, meskipun aku tidak mengenalnya.

  • Tokoh: Filipus, Markus, Ibu, Orang Samaria, Perampok, Orang yang dirampok, Imam, Orang Lewi, Pemilik penginapan, keledai.
  • Background scene: Ruang tengah sebuah rumah, sebuah jalan tempat kejadian, rumah penginapan, kamar penginapan. 
  • Alur cerita
  • Adegan 1: Percakapan di sebuah ruang tengah sebuah rumah antara Filipus, Markus, dan Ibu.
  • Adegan 2: Orang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho dicegat perampok dan terjadi adegan perampokan dan perkelahian yang akhirnya perampok meninggalkan orang yang dirampok dalam keadaan terkapar tidak berdaya.
  • Adegan 3: Seorang imam lewat, tidak menolong, dan melewati dari seberang jalan.
  • Adegan 4: Seorang Lewi lewat, tidak menolong dan melewati dari seberang jalan.
  • Adegan 5: Seorang Samaria lewat, melihatnya dan merasa kasihan, lalu menolongnya, membersihkan luka-lukanya dengan menyiramkan minyak dan anggur, lalu membalut luka-lukanya. Setelah itu ia menaikkan korban perampokan ke atas keledainya. Kemudian ia berjalan menuntun keledai tersebut menuju kota.
  • Adegan 6: Tiba di sebuah rumah penginapan, transaksi untuk menginap dengan pemilik penginapan, masuk ruang/kamar menginap, orang Samaria merawat korban perampokan.
  • Adegan 7: Pagi hari percakapan orang Samaria dengan pemilik penginapan untuk menitipkan korban perampokan tersebut.
  • Adegan 8: Kembali ke Filipus, Markus, dan Ibunya. Menampilkan Filipus yang menyadari kesalahannya dan berniat untuk memperbaiki sikapnya yang salah.
  • Naskah Skenario

Dalam naskah skenario ini adegan per adegan atau frame per frame di uraikan lebih detail lagi dengan memasukkan konten dialog, angel scene, emosi tokoh, suasana background visual dan background audio. Contoh:

  1. Adegan/Scene 1

Pada suatu sore hari (hidupkan gambaran suasana sore hari), di ruang tengah (gambaran detail sebuah ruang tengah) Filipus, Markus, dan Ibunya sedang duduk-duduk santai. Markus membaca sebuah buku berebahan di kursi sofa di samping ibunya. Ibunya duduk-duduk minum teh sambil membaca sebuah majalah. Filipus duduk di lantai sambil memainkan mobil mainan kesayangannya. Terdengar lirih suara musik lagu anak-anak.

Markus:

Ma, tadi waktu di depan sekolah ada anak yang jatuh dari sepeda, saat ini cuma ada Filipus di situ.

Ibu:

Hem, … (sambil terus membaca majalah) terus bagaimana keadaan anak itu?

Markus:

Ya kesakitan Ma, tapi Filipus tidak mau menolong, dia cuma ngeliatin saja.

Filipus:

Biarin… (sambil terus memainkan mainannya) kan aku gak kenal sama dia, apalagi dia naik sepedanya kayak kelihatan sombong gitu deh.

….. dan seterusnya ….

Sampai semua adegan dibuat script secara detail.

  • Memilih software dan membuat material.

Persiapan material meliputi pembuatan karakter/tokoh, pembuatan background dan kelengkapannya, pembuatan dubbing dialog, pembuatan background audio. Dalam pembuatan material ini sangat penting dalam menentukan software apa yang akan digunakan untuk editing. Software yang dilibatkan antara lain: editor animasi, editor audio, editor image, dan editor video. Pemilihan software editor memperhatikan skill yang kita miliki. Skill penggunaan software dapat disiapkan sebelumnya dengan berlatih atau menggunakan software yang sudah kita kuasai. Pemilihan software akan berefek pada kualitas animasi yang dihasilkan dan hardware/device yang disiapkan atau dimiliki. Software editor animasi berbasis komputer desktop/laptop yang bisa menjadi pilihan yaitu Blender yang open source atau Reallusion yang berbayar dengan tiga paket produk Reallusion yaitu Iclone, Character Creator, serta 3DXchange. Untuk editor Video bisa menggunakan Adobe Premiere atau Camtasia yang lebih sederhana. Editor audio bisa menggunakan Audacity. Adobe Photoshop menjadi pilihan yang baik untuk editor image.

Sedangkan software aplikasi yang berbasis smartphone Android akan kita pilih Plotagon Story sebagai editor tunggal.

Video animasi yang dihasilkan dengan basis personal komputer atau laptop akan sangat jauh berbeda dengan yang dihasilkan pada software yang berbasis smartphone yang serba terbatas.

Jika kita menggunakan editor animasi berbasis smartphone, maka kita tidak bisa bebas mewujudkan semua naskah skenario yang telah dibuat. Karena dengan menggunakan aplikasi smartphone Android, kita hanya bisa menggunakan template scene dan karakter yang sudah disediakan. Untuk itu jika ingin lebih expert lagi, kami sarankan untuk menyediakan hardware pc atau laptop yang memenuhi spesifikasi standar animasi editor.

  • Praktik pembuatan animasi dengan Plotagon Story.
  • Instal aplikasi Plotagon Story di smartphone dengan mengunduh di Google Playstore.
  • Memilih scene dan membuat karakter.
  • Menjalankan adegan per adegan dengan mengisi suara dialog, ekspresi, dan aksi.
  • Render hasil editing menjadi sebuah video.
  • Publikasi dan Marketing.

Video animasi yang telah kita produksi dapat digunakan sebagai media pembelajaran atau katekese dalam menjalankan profesi kita setiap harinya. Selain itu, kita juga dapat menyajikannya sebagai konsumsi publik melalui berbagai platform media sosial dan marketplace. Melalui platform web video seperti Youtube, kita akan dapat menyajikan hasil video animasi kita untuk dinikmati oleh publik secara gratis, tetapi kita bisa menghasilkan uang darinya dengan memanfaatkan adsense yang disediakan oleh Google Inc. Pada saat materi ini ditulis, persyaratan sebuah video dapat menghasilkan uang di Youtube adalah telah memiliki minimal 1.000 subscriber dan minimal 4.000 jam tayang dalam 12 bulan terakhir, yang dihitung dari semua video dalam satu chanel. Google memiliki syarat dan ketentuan yang banyak untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para pengguna Youtube. Antara lain:

  1. Jika ingin menghasilkan uang maka tidak boleh mengandung konten yang memiliki hak cipta. Pelanggaran terhadap hak cipta akan berakibat pada pembatasan visual (tidak dapat tayang), pembatasan monetisasi, atau pemblokiran akun jika pelanggaran berat.
  2. Tidak boleh mengandung unsur pornografi, kejahatan, kekerasan, terorisme, pelanggaran hukum, dan tidak melanggar ketentuan komunitas lainnya.

Koleksi video animasi yang kita miliki juga bisa dipasarkan di marketplace atau web landing page milik sendiri.

Tinggalkan komentar